Senin, 18 Februari 2013

Meneguhkan Kembali Cinta Rasul



Jika malam-malam biasa monas Jakarta identik dengan gemerlap metropolitan, 
maka malam itu, di mana ratusan ribu manusia memutihkankannya. Semua pasang mata membulirkan air mata sebagai bentuk rindu kepada Rasululllah Muhammad Saw. Semua itu terjadi berkat tuntunan dari al-Alim al-allamah al-Musnid Habib Umar bin Hafidz Yaman. Ad-Dai ilallah yang kini gencar menyerukan islam damai di berbagai belahan dunia, seperti Malaysia, Singapura, Afrika, Timur Tengah, Amerika Serikat, kawasan Eropa dan antero dunia lainnya.
***


Yang mulia Habib Umar bin Umar
bin Hafidz, Yaman
Tabligh Akbar di Monas sebenarnya merupakan satu rangkaian dari Safari Dakwah Habib Umar bin Hafidz Yaman. Sebagaimana jadwal yang dirilis oleh beberapa web jejaring dakwah, ulama kharismatik itu direncanakan di Indonesia selama sepekan dengan sederetan agenda yang telah direncanakan sebelumnya.
Dalam kesempatan itu, Pengasuh Rubath Darul Musthafa Yaman itu mengatakan bahwa kita harus bersyukur kepada Allah, karena telah dipilih menjadi umat Muhammad dan dapat meneladani beliau. Salah satu buktinya adalah berkumpul dalam pertemuanNa ini yang penuh berkah. Apalagi dalam bulan muharram ini, di mana Allah telah memerintahkan kepada Nabi Muhammad Saw. untuk hijrah dari Makkah menuju Madinah.

Cinta Abu Bakar
Dijelaskan dalam sebuah kitab bahwa suatu siang Rasulullah datang kepada Abu bakar, waktu yang tidak biasanya beliau datang. Abu Bakar merasa ada yang janggal. Kenapa datang pada siang hari?. Dalam hatinya, menebak sesuatu telah terjadi.
Dan benar, ternyata Rasulullah memberikan kabar bahwa Allah telah memerintahkan untuk hijrah. Kemudian Abu Bakar menawarkan diri untuk menemaninya. Rasulullah pun memperbolehkan. Luar biasa senangnya Abu Bakar karena bisa menemani kekasihnya di waktu yang sulit. Sayyindatina Aisyah mengatakan, “Saya tidak pernah melihat raut bahagia Ayah seperti saat itu”.


Ketika Kejahatan Sistematis dikalahkan dengan Keikhlasan
Rasulullah hijrah karena rekayasa kaum Quraisy sudah luar biasa kelewat batas. Saat itu, Rasulullah rencananya akan dibunuh oleh sepuluh kesatria terbaik kafir Quraisy. Namun apa yang dilakukan oleh Allah. Ia menumbangkan kejahatan yang sistematis itu dan membalas dengan kehinaan.
Ternyata pada waktu yang telah disepakati, sepuluh pemuda itu malah tertidur. Akhirnya Rasulullah dengan sangat santai keluar dari rumah. Bukan hanya itu, beliau malah bisa dengan santai melihat wajah sepuluh kesatria pilihan yang kini tergolek tanpa daya. Bahkan Rasulullah sempat mengambil pasir yang kemudian diletakkan di atas masing-masing kepala kesatria.
Selalu ramah dan dinanti umat.
Saat berada pada cerita ini, Habib Umar mengatakan, “Begitulah kiranya. Kejahatan kaum non muslim untuk menghancurkan umat islam akan dapat dikalahkan oleh umat muslim yang penuh keikhlasan. Secanggih apapun rekadaya akan dikalahkan. Seperti dihinakannya sepuluh kesatri dengan pasir di tiap-tiap kepala mereka”.
Kemudian ketika sampai di gua tsur, Rasulullah bersama Abu Bakar berada di dalamnya. Saat itu, ada sebuah lubang yang terlihatlah kaki para kaum Quraisy. Abu Bakar takutnya luar biasa. Dalam bayangannya, seandainya mereka merunduk melihat kaki mereka, niscaya terlihatlah ia dan Rasulullah. Melihat hal itu, kemudian Rasulullah mengatakan, “Wahai Abu Bakar, apakah kamu lupa ayat yang mengatakan ketika dua muslim berkumpul maka Allahlah yang menjadi pihak ketiga. Artinya Allah telah menjaga kita”.
Sementara itu, di luar riuh perdebatan antara kaum Quraisy. Salah satu dari mereka mengatakan, “Mungkin saja Muhammad masuk ke dalam gua itu”. Sementara dengan ringan pimpinan mereka mengatakan, “Wahai tolol, apakah kamu tidak melihat rumah laba-laba itu?. Mana mungkin dia bisa masuk tolol!”.
Sampai pada cerita ini, habib Umar mengatakan, “Inilah pelajaran luar biasa yang dapat kita teladani. Dengan keikhlasan dan tawakkal kepada Allah, strategi tercanggih apapun tidak akan mampu menembus benteng kebenaran. Pimpinan kafir Quraisy yang dikenal cerdik ternyata mengatakan kebenaran yang disampaikan bawahannya bahwa Rasulullah berada di dalam gua. Bukan hanya itu, ia malah mengatakan usul kebenaran dengan memanggil wahai tolol.”
Kemudian ia meneruskan, “Apalagi ketertipuan mereka disebabkan hanya dengan sarang laba-laba. Padahal Allah telah berfirman di dalam Al-Qur’an bahwa rumah laba-laba adalah rumah paling lemah. Artinya bahwa secanggih apapun kejahatan akan dikalahkan dengan keikhlasan. Yang terkadang cara mengalahkannya adalah dengan suatu yang sangat remeh, seperti sarang laba-laba. Untuk itu, saya sampaikan kepada seluruh umat muslim jangalah takut terhadap rekayasa orang-orang non muslim yang menghancurkan islam. Selama umat muslim ikhlas beramal karena Allah, pasti Allah akan menjaga kita semua”. Mendengar keterangan ini, gemuruh takbir membahana, “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar,…”.
Mushafahah usai shalat berjamaah.

Bawang Putih Abu Ayyub Al-Anshari 
Teladan lain dalam hijrah adalah hormatnya Abu Ayyub al-Anshari. Sebagaimana yang dijelaskan dalam beberapa kitab sejarah bahwa semenjak tiba di Madinah, Rasulullah menghuni di rumah keluarga Abu Ayyub al-Anshari. Dengan penuh cinta Abu Ayyub melayani Rasulullah. Bahkan, dia dan keluarganya selalu memakan makanan bekas Rasulullah untuk bertabarruk. Setiap hari, ketika masakan sudah matang, keluarganya tidak makan terdahulu. Makanan akan disuguhkan kepada Rasulullah dan sisanya baru dimakan.
Suatu malam, Abu Ayyub menyuguhkan makanan sebagaimana biasanya. Namun betapa terperanjatnya ia, ketika makanan yang dihidangkan tidak dijamah oleh Rasulullah. Dalam sebuah kesempatan, Abu Ayyub bertanya kepada Rasulullah, “Mengapa engkau tidak memakan makanan yang kami hidangkan?”. Nabi menjawab, “Ketika aku mau memakannya, ternyata ada bau bawang di sana. Saya malu untuk menghadap Allah. Bagaimana mungkin bibirku berdzikir sementara bau yang keluar tidak sedap?”.
Sampai cerita ini, riuh takbir menggema di mana-mana, Allahu Akbar!, Allahu Akbar!, Allahu Akbar!. Dan semenjak itulah, kaluarga Abu Ayyub tidak pernah mencampur masakan dengan bawang sebagai rasa cinta kepada Rasulullah. Lagi-lagi, gema takbir menggema, Allahu Akbar!, Allahu Akbar!, Allahu Akbar!.
Bid’ahkan Bertabarruk kepada Rasulullah dan Ahli Ibadah?
Setelah Rasulullah wafat, Abu Ayyub sangat kehilangan kekasihnya. Bayangan-bayangan Rasulullah senantiasa hadir di dalam kehidupannya. Ketika di melihat tempat yang di sana pernah ditempati Rasulullah maka ia teringat kembali. Hingga sering Abu Ayyub menciumi tanah yang menjadi bekas tempat Rasulullah.
Melihat kenyataan itu, para shahabat pun mengatakan, “Wahai Abu Ayyub mengapa engkau melakukan itu?”. Kemudian Abu Ayyub menjawab, “Apakah dilarang bagiku menciumi tanah ini? Tanah yang menjadi bekas Rasulullah. Aku menciumnya bukan untuk apa-apa, tetapi untuk mengenang kembali, mencintainya, bertabarruk kepada Rasulullah”.
Sejenak sebelum berangkat menuju monas
Di tengah cerita ini, Habib Umar bin Hafidz mengatakan, “Melihat kisah ini, berarti bertabarruk telah ditradisikan oleh para shahabat Rasulullah. Abu Ayyub yang merupakan murid pertama dari Rasulullah Saw saja melakukan hal itu.”.
Ia menambahkan, “Bertabarruk bukan berarti menyembah, namun menngunakan bekas orang-orang yang dicintai oleh Allah. Para rasul, nabi, wali, dan ahli ibadah. Bahwa Allah memberikan anugerah atas bekas-bekas dari mereka semua. Nah, bagaimana mungkin sekarang ini banyak orang yang membid’ahkan bertabarruk kepada Rasulullah Saw. padahal persambungan ilmu mereka melewati banyak mata rantai”.
Muhammad Hasyim










Tidak ada komentar:

Posting Komentar