Sabtu, 02 Maret 2013

Dari Pelangi Masalah, Dzikir, hingga Tarekat

Usai wawancara dengan Bapak Dahlan Iskan
di kediamannya, Surabaya.
Siapa yang tidak mengenal sosok ini. Beberapa gerakan besarnya dapat kita saksikan dalam perubahan Jawa Pos, PLN, dan kini sebagai Menteri BUMN. Ganti hati di China yang menghantarkan pada ujung tanduk kematian telah menyadarkan dirinya. Kini dirinya telah blusukan  pesantren dan memulai mendirikannya di beberapa tempat. 

***

Tulisan ini merupakan hasil wawancara saya dengan Dahlan Iskan usai mengikuti acara Suci Bershalawat Bersama Habib Syech bin Abdul Qodir di Suci, Manyar, Gresik, Jawa Timur. Proses wawancara selama kurang lebih satu jam itu ditempuh di atas mobil perjalanan dari Gresik ke Rumah Dahlan Iskan di Surabaya.
Hingga kini, jamak orang tidak tahu bahwa Dahlan Iskan memiliki kedekatan dengan kehidupan pesantren. Kakeknya adalah salah satu pengasuh pesantren di Magetan. Bukan hanya itu, ia juga hidup di lingkungan tarekat. Komunitas yang identik dengan penggemblengan spiritual. Bagaimanakah ia memadukan potensi diri dengan batin? Simak hasil wawancara di bawah ini.


Gerakan-gerakan Anda diminati banyak orang. Perubahan di Jawa Pos, PLN, dan BUMN menjadi begitu ramai dibicarakan. Apa komentar Anda?
Sebenarnya itu merupakan proses yang panjang. Perubahan yang terlaksana karena kebiasaan yang selama ini saya lakukan. Aktif bergerak dan belajar dari kegagalan-kegagalan.

Bagaimana melatihnya?
Setiap hari saya dihadapkan pada banyak permasalahan. Tapi saya tidak pernah lari dari masalah. Jika orang ingin sukses, maka jangan pernah lari dari persoalan. Orang yang menjauh dari persoalan tidak akan sukses dalam hidupnya. Karena dia tidak pernah belajar memecahkan persoalan.

Adakan rumus tertentu dalam menyelesaikan masalah?
Cara memecahkan masalah sangat variatif. Bisa dengang kelembutan, diplomasi, atau bahkan gertakan. Dalam pembelajaran, seseorang bisa saja salah dalam mencari solusi. Tapi dengan belajar dan belajar maka akan menemukan jalannya.
Kita perlu belajar terus dalam menyelesaikan masalah. Meskipun persoalan itu tidak seperti matematika yang dikerjakan dengan satu rumus. Sebab masalah itu seperti pelangi yang gradasinya tak terbatas sehingga belum tentu masalah yang sama di tempat berbeda dapat diselesaikan dengan cara yang sama. Orang yang menghadapi masalah itu kadang bisa selesai kadang tidak. Selesai itu baik, tidak selesai juga baik karena bisa menjadi pelajaran agar suatu hari tidak gagal lagi. Latihan itu harus sejak dini.

Sejak kapankan Anda giat menyelesaikan ‘pelangi’ masalah?
Semenjak saya sekolah dulu. Kebetulan saya sudah aktif di organisasi pesantren, tepatnya Pesantren Sabilili Muttaqin, Magetan, Jawa Timur. Di sana saya belajar berorganisasi, muhadzoroh, upacara, dan lain sebagainya. Kadang salah juga, tapi ya tidak apa-apa, itu kan proses.
Kalau kita mau belajar mengatasi masalah, maka puluhan, ribuan, atau bahkan jutaan masalah akan dapat terselesakan dengan baik. Berpikir dan ikhtiyar adalah kunci utama. Dengan keduanya ketajaman hati atau intuisi akan muncul. Apalagi kalau dipadukan dengan dzikir, maka semakin sempurnalah proses itu.

Seberapakah pentingkah dzikir itu?
Ya sangat penting. Seperti bershalawat tadi (Shalawat bersama Habib Syech bin Abdul Qodir dari Solo). Sebagai usaha mendekatkan diri kepada Allah. Tempat untuk mengadukan masalah dan menajamkan intuisi.

Apakah Anda memiliki dzikir tertentu?
Itu kan privasi. Cuma kebetulan, saya hidup di lingkungan pesantren yang menganut sebuah tarekat. Jadi dengan konsep tarekat itulah belajar tentang dzikir.

Tarekat apakah itu?
Tarekat Syattariyah. Kebetulan pemimpin kami telah lama wafat sehingga saya bersama teman-teman berkonsultasi kepada para ulama tentang keberlangsungan tarekat ini. Diantaranya kami berkonsultasi kepada Hadratus Syaikh KH Abdullah Faqih almarhum.

Teladan apa yang dapat Anda peroleh dari beliau?
Banyak sekali, terutama tentang keikhlasan dan kesederhanaan. “Beliau adalah ulama penuh kharisma. Pancaran sinarnya cemerlang, membuat saya tidak mampu melihat wajah ketika memberikan dawuh-dawuh. Saya kira semua dawuh beliau tidak layak untuk ditinggalkan sedikitpun, semuanya baik. Terlebih pesan Beliau untuk berperilaku ikhlas. Luar biasa." tambahnya.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar