Apa yang diramalkan
para futuristik beberapa tahun lalu telah menjadi kenyataan. Sebuah informasi
yang bebas dan melepaskan sekat-sekat wilayah. Dulu, ketika telegram belum
ditemukan, orang harus menunggu berhari-hari atau berbulan-bulan untuk menunggu
kabar dari belahan dunia menuju belahan lainnya.
Kini, dengan
perkembangan tehnologi dan informasi dengan hitungan seper sekian detik, kita
dapat dengan mudah mendengar informasi, bukan hanya kabar tapi juga dalam
bentuk audio-visual. Bahkan dalam tehnologi tertentu dapat melakukan interaktif
dengan menggunakan teleconference.
Arus yang pesat
dalam tehnologi informasi dan informasi (TIK) ini tidak semua berdampak positif.
Bahkan dalam kasus-kasus tertentu menjadi ‘bom waktu’ yang siap
meluluhlantahkan bangungan peradaban yang dibangun para father founding bangsa
selama ini. Ini terjadi jika TIK telah disalahgunakan.
Diantara letupan-letupan
bom kecil telah kita lihat dalam realitas sehari-hari. Para pelajar kita, telah
banyak mengakses tayangan-tayangan syur yang belum patut mereka lihat apalagi
dinikamati dan dipraktekkan. Ratusan atau bahkan ribuan video mesum berjajar
panjang mulai sabang hingga merauke menghiasi berita-berita media harian.
Selain itu,
situs-situs berbau judi, game-game online yang tidak edukatif semarik marak
digunakan. Para pelajar Indonesia lebih bersahabat atau bahkan bereforia dengan
espektasi jejaring-jejaring sosial. Kegandrungan mereka hampir-hampir
mengalahkan kedekatan dengan materi pelajaran. Sedangkan masih banyak guru dan
orang tua hanya kuatir dan cemas tanpa dapat berbuat apa-apa.
Ketika Ulama,
Intelektual, Birokrasi, dan Masyarakat Bergandeng Tangan
Potret di
ataslah yang kemudian menjadi keprihatinan para ulama, intelektual, pemegang
kebijakan Negara, dan masyarakat kita prihatin. Majelis Muwashalah sebagai
representasi ulama, UPN Veteran representasi intelektual, Kemkominfo
representasi abdi Negara, dan ICT Wacth representasi masyarakat serta bagai
lembaga seperti PT Telkom telah mengadakan gerakan INSAN, Internet Sehat dan
Aman. Gerakan ini telah menggandeng sekitar 1000 pesantren di seluruh nusantara
yang berada di bawah jaringan Majelis Muwashalah Baina Ulamil Muslimin
Indonesia.
Gerakan ini di mulai
dari Provinsi Jawa Timur. Tahap awal telah mengadakan pelatihan komputer kepada
perwakilan pesantren di Jawa Timur di UPN Veteran, Surabaya. Tahap kedua
mengadakan sosialisasi para pengasuh pesantren di UPN Veteran, Surabaya. Sedangkan
tahap ketiga mengadakan pelatihan lanjutan sepuluh pesantren di jawa timur pada
14-16 Juli 2012 di Pondok Pesantren Nurul Ikhlash, Sidoarjo, Jawa Timur.
Tahap ketiga
ini, pelatihan dibagi menjadi tiga kelas, yaitu: kelas streaming, kelas social media,
serta kelas hardware dan jaringan. Kelas pertama bertujuan untuk meng-online
kan sebanyak mungkin pengajian-pengajian pesantren dan khazanah kitab kuning. Kelas
kedua bertujuan membuat sebnyak mungkin web, blog, atau jejaring sosial berkaitan
dengan dakwah dan informasi keilaman. Kelas ketiga bertujuan membangun jaringan
yang kuat dalam TIK antar pesantren nusantara.
Usai tahap ketiga
ini, seluruh Jawa Timur akan di bagi menjadi tujuh zona. Para out put pelatihan
ini akan membangun jaringan di daerahnya masing-masing dengan dukungan relawan
TIK bentukan Majelis Muwashalah, UPN Veteran, Kemkominfo, dan berbagai elemen
masyarakat lainnya. Bapak Novianto selaku koordinator lapangan mengatakan, “Tahun
2012 tarjet pesantren Jawa Timur harus menjadi produsen TIK, bukan hanya konsumen
saja”.
Tahap
selanjutnya, gerakan ini akan digulirkan ke Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatra,
Kalimantan, dan seluruh nusantara. Bapak Novianto mengatakan, “Jawa Timur
sebagai pilot project. Jika sukses akan digulirkan ke Jawa Tengah, Jawa Barat,
Sumatra, Kalimantan, dan seluruh pesantren nusantara”.
KAFI Sebagai
Embrio Internet Sehat dan Aman
Dalam hitungan
logisnya, dari 1000 pesantren jika menghasilkan 100 blog dakwah per pesantren
maka akan tercipta 100.000 blog. Jika ini bisa berjalan dengan baik, maka gerakan
dakwah akan mewarnai dunia online, dunia baru yang melepas sekat-sekat sosial dan
territorial. Ini belum menghitung potensi jika masing-masing blog di tag di
jejaring social, semisal facebook, twitter, dan lain sebagainya. Maka akan
melahirkan gerakan dakwah yang beranak-pinak.
Untuk itulah,
para peserta pelatihan TIK tahap pertama ini telah membentuk pergumulan sosial dengan
nama Komunitas Santri Informatika yang diseingkat KAFI. Diharapkan komunitas ini
bisa mengawal perjalanan gerakan internet sehat dan aman (INSAN). Sebuah misi
yang sangat berat sebagai bentuk kepekaan pesantren atas dinamika social yang
berkembang.
Ke depan
jaringan dakwah ini bisa dikembangkan dengan memberikan informasi-informasi keislamaman
dan menggerakkan berbagai potensi, seperti jual beli online, pelatihan online,
dan lain sebagainya. Namun, gagasan-gagasan di atas tidak semudah membalikkan
tangan. Perlu pemikiran yang cepat, efektif, dan efisien. Perlu ribuan –atau bahkan
jutaan- tetes keringat untuk menjalankannya.
Semoga Majelis
Muwashalah, UPN Veteran Surabaya, Kemkominfo, PT Telkom, ICT Wacth, Relawan
TIK, dan berbagai elemen yang sudah ada bisa istiqamah melestarikan dan mengembangkan
gerakan ini. Semoga gerakan ini benar-benar bisa mensehatkan dan mengamankan Indonesia
dari anasir jahat dunia online. Menghiasi dan mengembangkan TIK dengan hal-hal
yang bermanfaat. Amin!!!.
Sidoarjo, 16
Juli 2012.
Sosialisasi INSAN di UPN Veteran Surabaya
Dari kiri: Ketua Majelis Muwashalah Indonesia,
Sekretaris Jendral Majelis Muwashalah Asia Tenggara,
Dirjen Kemkominfo
Rektor UPN Veteran
Penandatangan MoU INSAN
Sekretaris Jendral Majelis Muwashalah Asia Tenggara,
Rektor UPN Veteran
PT Telkom Indonesia
Dirjen Kemkominfo
Usai acara:
Ketua Majelis Muwashalah Indonesia,
Sekretaris Jendral Majelis Muwashalah Asia Tenggara,
Rektor UPN Veteran
Dirjen Kemkominfo
PT Telkom Indonesia
Beberapa elemen lainnya